Selasa, 29 Mei 2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi (Notoatmodjo S, 2004). Salah satu penyakit infeksi pada balita adalah diare dan ISPA. Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuh balita yang masih lemah sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran virus penyebab diare. Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama pada balita. Menurut Parashar tahun 2007, di dunia terdapat 6 juta balita yang meninggal tiap tahunnya karena penyakit diare. Dimana sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang termasukIndonesia(DepkesRI, 2007).
Hal yang bisa menyebabkan balita mudah terserang penyakit diare adalah perilaku hidup masyarakat yang kurang baik dan keadaan lingkungan yang buruk. Diare dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani secara serius karena tubuh balita sebagian besar terdiri dari air, sehingga bila terjadi diare sangat mudah terkena dehidrasi (Depkes, 2010).
Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok usia baik laki – laki maupuun perempuan, tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita. Di negara berkembang termasukIndonesiaanak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian (Depkes, 2010).
1
Penyakit diare diIndonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita. Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat, pada tahun 2006 jumlah kasus diare sebanyak 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277 (CFR 2,52%). Secara keseluruhan diperkirakan angka kejadian diare pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000 sampai dengan 400.000 balita. Pada survei tahun 2000 yang dilakukan oleh Depkes RI melalui Ditjen P2MPL di 10 provinsi didapatkan hasil bahwa dari 18.000 rumah tangga yang disurvei diambil sample sebanyak 13.440 balita, dan kejadian diare pada balita yaitu 1,3 episode kejadian diare pertahun (Soebagyo, 2008).
Jumlah kasus diare di Maju Jaya tahun 2010 yaitu sebanyak 825.022 penderita, sedangkan jumlah kasus diare pada balita yaitu sebanyak 269.483 penderita. Jumlah kasus diare pada balita setiap tahunnya rata-rata di atas 32,66%, hal ini menunjukkan bahwa kasus diare pada balita masih tetap tinggi dibandingkan golongan umur lainnya (Dinkes Maju Jaya, 2011). Kabupaten Sukolegowo merupakan salah satu dari 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Maju Jaya dengan angka kejadian diare pada balita tahun 2008 cukup tinggi yaitu sebanyak 2.035 kasus, (Dinkes Sukolegowo, 2009). Pada tahun 2009 sebanyak 1.979 kasus dan pada tahun 2010 sebanyak 5.116 kasus, (Dinkes Sukolegowo, 2011)
Kabupaten Sukolegowo terbagi menjadi 19 kecamatan dan salah satunya adalah Kecamatan Sumber Jadi. Berdasarkan data dari Puskesmas Sumber Jadi penderita diare pada tahun 2008 sebanyak 524 penderita dan diare pada balita sebanyak 301 penderita. Pada tahun 2009 sebanyak 642 penderita dengan jumlah diare pada balita sebanyak 344 penderita. Pada tahun 2010 sebanyak 783 penderita, jumlah penderita diare balita tahun 2010 sebanyak 387 penderita. Desa Sukomakmur, Kecamatan Sumber Jadi, Kabupaten Sukolegowo adalah Desa dengan jumlah Balita terbanyak di Kecamatan Sumber Jadi yaitu sebanyak 231 Balita dengan angka kejadian diare pada tahun 2010 sebanyak 54 kasus (Puskesmas Sumber Jadi, 2011).
Berdasarkan hasil survey PHBS yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan kabupaten Sukolegowo bersama dengan Puskesmas Sumber Jadi di Desa Sukomakmur, Kecamatan Sumber Jadi, Kabupaten Sukolegowo pada bulan Oktober 2010 didapatkan hasil sebagai berikut  63% termasuk kriteria sehat dan sisanya sebanyak 37% masuk kriteria tidak sehat. Berdasar pada angka hasil survey PHBS tersebut ternyata masih ada sebagian dari penduduk yang masuk kriteria tidak sehat sehingga dimungkinkan bisa menjadi penyebab tingginya angka kejadian diare di desa tersebut.
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya diare adalah lingkungan, praktik penyapihan yang buruk dan malnutrisi. Diare dapat menyebar melalui praktik-praktik yang tidak higienis seperti menyiapkan makanan dengan tangan yang belum dicuci, setelah buang air besar atau membersihkan tinja seorang anak serta membiarkan seorang anak bermain di daerah dimana ada tinja yang terkontaminasi bakteri penyebab diare (Depkes, 2010).
Perilaku ibu dalam menjaga kebersihan dan mengolah makanan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan tentang cara pengolahan dan penyiapan makanan yang sehat dan bersih. Pengetahuan dan kesadaran orang tua terhadap masalah kesehatan balitanya tentu sangat penting agar anak selalu dalam keadaan sehat dan terhindar dari berbagai penyakit, sedangkan yang mengalami diare tidak jatuh pada kondisi yang lebih buruk. Sebagian besar angka kematian diare ini diduga karena kurangnya pengetahauan masyarakat terutama ibu, mengenai upaya pencegahan dan penanggulangan diare (Wijaya, 2002).
Kurangnya pengetahuan bisa mempengaruhi perilaku seseorang termasuk perilaku di bidang kesehatan sehingga bisa menjadi penyebab tingginya angka penyebaran suatu penyakit termasuk penyakit diare yang mempunyai resiko penularan dan penyebaran cukup tinggi. Penyakit diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan juga dipengaruhi oleh keadaan kebersihan baik perorangan (personal hygiene) maupun kebersihan lingkungan perumahan, sanitasi yang baik dan memenuhi syarat kesehatan serta didukung oleh personal hygiene yang baik akan bisa mengurangi resiko munculnya suatu penyakit termasuk diantaranya penyakit diare. Personal hygiene dan sanitasi lingkungan perumahan yang baik bisa terwujud apabila didukung oleh perilaku masyarakat yang baik atau perilaku yang mendukung terhadap program-program pembangunan kesehatan termasuk program pemberantasan dan program penanggulangan penyakit diare.

RPP BERKARAKTER

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah        : SMA Negeri 4 Kendari
Mata Pelajaran    :  Bahasa Indonesia
Kelas/Semester    : 10/II
Unit/Tema        :
Kemampuan/Aspek    : Berbahasa/Berbicara
Alokasi Waktu    : 3 x 40 menit
Tahun Pelajaran    : 20  /20

A. Standar Kompetensi
     Berbicara: 10. Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber.
   
B. Kompetensi Dasar
     10.2 Memberikan persetujuan/dukungan terhadap artikel yang terdapat dalam media cetak atau elektronik.

C. Indikator
     1. Kognitif    
         a. Proses
            1. Mampu mengidentifikasi persetujuan/dukungan terhadap isi artikel.
            2. Mampu merumuskan kalimat persetujuan/dukungan terhadap artikel yang    terdapat dalam  media cetak atau elektronik.
         b. Hasil
            1. Mampu mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan sumbernya.
            2. Mampu merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum dalam masyarakat (apa isinya, siapa yang memunculkan, apa yang menjadi latar belakangnya, dan sebagainya).
     2. Psikomotorik
           Mampu memberikan persetujuan/dukungan dengan bukti pendukung disertai dengan alasan.
     3. Afektif
         a. Karakter
            1. Bertanggung jawab tentang tugas yang diberikan guru.
            2. Jujur menyampaikan data/informasi.
            3. Santun
        b. Keterampilan sosial
            1. Bekerja sama membahas kognitif, psikomotor, dan afektif.
            2. Menghargai teman dan guru selama pembelajaran.
            3. Menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam bekerja sama dan memberi persetu juan isi artikel. 
            4. Memperhatikan pembelajaran. 
          

D. Tujuan Pembelajaran
     1. Kognitif
         a. Proses
            1. Siswa mampu mengidentifikasi persetujuan/dukungan terhadap isi artikel setelah   disediakan beberapa kalimat persetujuan/dukungan contoh dan bertanya jawab.   
            2. Siswa mampu merumuskan kalimat persetujuan/dukungan terhadap artikel yang   terdapat dalam media cetak atau elektronik logis disajikan beberapa kalimat persetujuan/dukungan contoh dan bertanya jawab.
        b. Hasil
            1. Siswa mampu mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan  sumbernya setelah bertanya jawab/berdiskusi serta membacanya.
           2. Siswa mampu merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahanperdebatan umum dalam masyarakat dengan logis (apa isinya, siapa yang memunculkan, apa yang menjadi latar belakangnya, dan sebagainya).  

         2. Psikomotorik
             Siswa mampu memberikan persetujuan/dukungan secara lisan dengan bukti pendukung  
            disertai dengan alasan yang logis setelah merumuskan pokok persoalan dan bertanya jawab.
       3. Afektif
           a. Karakter
              1. Siswa mampu bertanggung jawab tentang tugas yang diberikan guru.
              2. Siswa mampu bersikap jujur menyampaikan persetujuan/dukungan.
              3. Siswa mampu bersikap santun.              
          b. Keterampilan sosial
              1. Siswa mampu bekerja sama membahas kognitif, psikomotor, dan afektif.
              2. Siswa mampu menghargai teman dan guru selama pembelajaran.
              3. Siswa mampu menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam bekerja sama dan
                  memberi persetujuan isi artikel. 
              4. Siswa mampu memperhatikan pembelajaran.
      4. Kecakapan Hidup
          1. Mahir memperoleh informasi dari berbagai sumber.
          2. Mahir mengulas berbagai sumber tertulis secara profesional berdasarkan etika sosial.

E. Materi Pembelajaran
    1. Mengidentifikasi persetujuan/dukungan terhadap isi artikel.
    2. Merumuskan kalimat persetujuan/dukungan terhadap artikel.
    3. Mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan sumbernya.
    4. Merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum dalam masyarakat
        a. Isi persoalan
        b. Latar belakang terjadinya persoalan
        c. Pihak yang memunculkan persoalan
        d. Akibat persoalan
        e. Penyelesaian persoalan

F. Model dan Metode Pembelajaran
     1. Model  : kontekstual
     2. Metode: diskusi, tanya jawab, elisitasi, latihan
    
G. Media/Alat/Bahan
     1. Kartu peta konsep
     2. Pengeras suara

H. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran    Tahapan
a. Kegiatan Pendahuluan  (10 menit)
    Awal Pembelajaran
    1. Guru dan siswa saling menyalami.
    2. Guru dan siswa berdoa.
    3. Guru dan siswa bertanya jawab tentang keadaan siswa.
    4. Guru mengecek siswa yang tidak hadir.
    5. Guru mengecek kesiapan siswa dan keadaan sarana belajar.
    6. Guru memperkenalkan KD, indikator, tujuan, materi, metode, dan penilaian.
    7. Guru mengapersepsi pengetahuan siswa.
    8. Guru menyampaikan manfaat mempelajari materi.
    9. Guru memotivasi siswa.
  10. Guru mengelompokkan siswa.   




Konstruktivistik
(Apersepsi)
b. Kegiatan Inti (100 menit)
    1. Guru mengarahkan siswa.
    2. Siswa membaca contoh artikel yang disediakan guru.
    3. Siswa mencermati kelogisan persetujuan dengan artikel.
    4. Siswa membaca artikel lain.
    5. Siswa mengidentifikasi beberapa persetujuan/dukungan terhadap isi artikel.       
    6. Siswa merumuskan kalimat persetujuan/dukungan terhadap artikel.
    7. Siswa mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan sumbernya.  
    8. Siswa merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum dalam masyarakat (isi persoalan, latar belakang terjadinya persoalan, pihak yang memunculkan persoalan, akibat persoalan, penyelesaian persoalan.
    9. Siswa berlatih menyampaikan pokok persoalan pada kelompok masing-masing.
  10. Guru menilai hasil belajar siswa (kognitif, psikomotor, dan afektif)        
Konstruktivistik

 


Pemodelan




Asesmen
c. Kegiatan Akhir (10 menit)
    1. Siswa merangkum/menyimpulkan materi.
    2. Guru dan siswa mengomentari pelaksanaan pembelajaran.
    3. Guru memberikan siswa PR/berlatih di rumah.
    4. Guru dan siswa mengakhiri pembelajaran.   
Refleksi
Asesmen/
Latihan

I. Sumber Pembelajaran
    1. Buku Panduan Pendidik Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas IX, 2010,  oleh Darmawati dkk., 
        Klaten Intan Pariwara.
    2. Jurnal
    3. LKS

SILABUS BERBICARA


SILABUS

Nama Sekolah             : MA Assalaam – Sukoharjo
Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
Kelas                           : X
Semester                      :  2
Standar Kompetensi   : Berbicara
9.            Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber  

Kompetensi
 Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
 Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber/
Bahan/Alat
10.1  
Memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan atau elektronik 



·   Artikel dalam media cetak atau internet yang menjadi bahan perdebatan umum (misalnya, kenaikan harga BBM atau berita terorisme)
·   Kata kunci (saya kurang sependapat...  karena..., ) untuk menyampaikan kritik atau dukungan terhadap  suatu pendapat atau gagasan


·   Membaca artikel
·   Mendiskusikan persoalan yang menjadi perdebatan umum di masyarakat ( apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, apa yang menjadi latar belakang, dsb.)
·   Memberikan  kritik  dengan disertai alasan



·   Mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan sumbernya
·   Merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat (apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, apa yang menjadi latar belakangnya, dsb.)
·   Memberikan  kritik  dengan disertai alasan


Jenis Tagihan:
·     praktik
·     tugas kelompok

Bentuk Instrumen:
·     unjuk kerja
·     format pengamatan

4

artikel dari media cetak/ internet






10.2  
Memberikan persetujuan/ dukungan terhadap artikel yang terdapat dalam media cetak dan atau elektronik    


·   Artikel dalam media cetak atau internet yang menjadi bahan perdebatan umum (misalnya, kenaikan harga BBM atau berita terorisme)
·   Kata kunci (saya sependapat... karena..., ) untuk menyampaikan dukungan terhadap  suatu pendapat atau gagasan


·   Membaca artikel
·   Mendiskusikan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat (apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, apa yang menjadi latar belakangnya, dsb.)
·   Memberikan persetujuan/ dukungan dengan bukti pendukung (disertai dengan alasan)



·   Mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan sumbernya
·   Merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat (apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, apa yang menjadi latar belakangnya, dsb.)
·   Memberikan persetujuan/ dukungan dengan bukti pendukung (disertai dengan las an)


Jenis Tagihan:
·     praktik
·      tugas kelompok

Bentuk Instrumen:
·     unjuk kerja
·     format pengamatan

4

artikel dari media cetak/ internet


CONTOH ARTIKEL


May 16th, 2012
Berikut ini contoh artikel Email Marketing dengan Autoresponder yang akan berpotensi meningkatkan penjualan Anda di internet secara berlipat ganda dan dengan usaha yang lebih sedikit, sebab Email marketing Anda dijalankan dengan benar dan berlangsung otomatis. Anda mungkin sudah tau bahwa pebinis internet kelas dunia baik itu orang luar negeri atau orang Indonesia seperti Anne Ahira dari Asian Brain, Joko Susilo, pak Tung Desem Waringin dari... Selengkapnya
May 1st, 2012
Nah kalau Tdw University ini adalah tempat belajar Finansial Marketing. Saya ada contoh artikel gratis dari Tdw University yang bisa Anda ambil setelah memasukkan Nama dan Email Anda disana nanti. Contoh Artikel Tdw University ini berjudul: eBook 24 Prinsip Miliarder yang Mencerahkan. Artikel yang dalam bentuk Ebook ini ditulis langsung oleh Pak Tung Desem Waringin, dosen di Universitas TDW tersebut. Dapatkan contoh artikel dari Tdw... Selengkapnya » Contoh Artikel TDW University

ANALISIS NOVEL

Salah Asuhan” karya Abdul Muis
Hanafi adalah pemuda pribumi asal Koto Anau, Solok. Sesungguhnya,ia termasuk orang yang sangat beruntung dapat bersekolah di Betawisampai tamat HBS (Hoogere Burger School). Ibunya yang sudah janda,memang berusaha agar anaknya kelak menjadi orang pandai, melebihisanak saudaranya yang lain. Oleh karena itu, ia tidak segan-segan menitipkan    Hanafi pada keluarga Belanda walaupun untuk pembiayaannyaia harus meminta bantuan mamaknya, Sutan Batuah. Setamat HBS, Hanafikembali ke Koto Anau, dan bekerja sebagai klerek di kantor Asisten ResidenSolok. Tak lama kemudian, ia diangkat menjadi komis.Pendidikan dan pergaulan yang serba Belanda, memungkinkanHanafi berhubungan erat dengan Corrie Du Busse, gadis Indo-Prancis.Hanafi kini telah merasa bebas dari kungkungan tradisi dan adat istiadatnegerinya. Sikap, pemikiran, dan cara hidupnya, juga sudah kebarat-baratan. Ketika Corrie datang ke Solok dalam rangka mengisi liburansekolahnya, bukan main senangnya hati Hanafi. Ia dapat berjumpa kembalidengan sahabat dekatnya.Hanafi mulai merasakan tumbuhnya perasaan asmara. Sikap Corrieterhadapnya juga dianggap sebagai ’gayung bersambut kata berjawab.Maka, betapa terkejutnya Hanafi ketika membaca surat dari Corrie. Corriemengingatkan bahwa perkawinan campuran bukan hanya tidak lazim untukukurang waktu itu, tetapi juga akan mendatangkan berbagai masalah.’

Timur tinggal Timur, Barat tinggal Barat, tak akan dapat ditimbuni jurang yang membasahi kedua bahagian itu”Perasaan Corri sendiri mengatakan lain. Namun, mengingat dirinya yang Indo dan dengan sendirinya perilaku dan sikap hidupnya juga berpihak pada kebudayaan Barat serta Hanafi yang pribumi, yang tidak akan begitu sajam elepas akar budaya leluhurnya.Dalam surat Corrie selanjutnya, ia meminta agar Hanafi maumemutuskan pertalian hubungannya itu. Surat itu membuat Hanafi patah semangat. Kemudian, ia pun sakit. Ibunya berusaha menghibur anak satu-satunya itu. Tak berapa lama, Hanafi sembuh dari sakitnya. Di saat itu pulaibunya menyarankan agar Hanafi bersedia menikah dengan Rapiah, anakmamaknya, Sutan Bartuah. Ibunya menerangkan bahwa segala biaya selama ia bersekolah di Betawi, tidak lain karena berkat uluran tangan mamaknya, Sutan Bartuah. Hanafi dapat mengerti dan ia menerima Rapiah sebagai istrinya. Kehidupan rumah tangga Hanafi dan Rapiah, rupanya tak berjalanlempang. Hanafi tidak merasa bahagia, sungguhpun dari hasilperkawinannya dengan Rapiah, dikarunia seorang anak laki-laki, Sjafei. Lagipula, semua teman-temannya menjauhi dirinya. Dalam anggapan Hanafi,penyebab semua itu tak lain adalah Rapiah. Rapiah kemudian menjaditempat segala kemarahan Hanafi. Walupun diperlakukan begitu oleh Hanafi,Rapiah tetap bersabar.Suatu ketika, setelah mendamprat Rapiah, ia duduk termenung seorang diri di kebun. Ibunya menghampiri anaknya dan berusaha untuk menyadarkan kembali kelakuan anaknya yang sudah kelewatan batas itu.Namun, Hanafi justru menanggapinya dengan cara cemooh. Di saat yang sama, tiba-tiba seekor anjing gila menggigit tangan Hanafi. Dokter segera memeriksa gigitan anjing gila pada tangan Hanafi. Dokter menyarankan agar Hanafi berobat ke Betawi. Anjuran dokter itu sangat menyenangkan hatinya. Sebab, bagaimanapun, kepergiannya ke Betawi itu sekaligus memberi kesempatan kepadanya untuk bertemu kembali dengan Corrie. Suatu peristiwa yang sangat kebetulan terjadi. Dalam suatu kecelakaan yang dialami Corrie, Hanafi yang berada di Betawi, justru jadi penolong Corrie. Pertemuan itu sangat menggembirakan keduanya. Corrie yang sudah ditinggal ayahnya, mulai menyadari bahwa sebenarnya ia sangat memerlukan seorang sahabat. Pertemuan itu telah membuat Hanafi mengambil suatu keputusan. Ia bermaksud tetap tinggal di Betawi. Untuk itu, ia telah pula mengurus kepindahan pekerjaannya. Setelah itu, iamengurus surat hak sebagai bangsa Eropa. Dengan demikian, terbukalah jalan untuk segera menceraikan Rapiah, sekaligus meluruskan jalan baginya untuk mengawini Corrie.Semua rencana Hanafi berjalan lancar. Namun, kini justru Corrie yang menghadapi berbagai persoalan. Tekadnya untuk menikah dengan Hanafi mendapat antipati dari teman-teman sebangsanya. Akhirnya, dengan caradiam-diam mereka melangsungkan pernikahan.Sementara itu, Rapiah yang resmi dicerai lewat surat yang dikirim Hanafi, tetap tinggal di Koto Anau, bersama anaknya, Syafei, dan ibuHanafi.Adapun kehidupan rumah tangga Hanafi dan Corrie tidaklah seindah yang mereka bayangkan. Teman-teman mereka yang mengetahui perkawinan itu, mulai menjauhi. Di satu pihak menganggap Hanafi besarkepala dan angkuh; tidak menghargai bangsanya sediri. Di lain pihak, iamenganggap Corrie telah menjauhkan diri dari pergaulan dan kehidupanBarat. Jadi, keduanya tidak lagi mempunyai status yang jelas; tidak keBarat, tidak juga ke Timur. Inilah awal malapetaka dalam kehidupan rumahtangga mereka.Kehidupan rumah tangga mereka kini terasa bagai bara api nerakadunia. Corrie yang semula supel dan lincah, kini menjadi nyonya yangpendiam. Kemudian Hanafi, kembali menjadi suami yang kasar dan bengis.Bahkan, Hanafi selalu diliputi perasaan syak wasangka dan curiga. Lebih-lebih lagi, Corrie sering dikunjungi Tante Lien, seorang mucikari.Puncak bara api itu pun terjadi. Tanpa diselidiki terlebih dahulu,Hanafi telah menuduh istrinya berbuat serong. Tentu saja, Corrie tidak mau dituduh dan diperlakukan sekehendak hati suaminya. Maka, dengan ketetapan hati, Corrie minta diceraikan.”Sekarang kita bercerai, buatseumur hidup.....Bagiku tidak menjadi kepentingan, karena aku tidak sudi menjadi istrimu lagi dan habis perkara” Setelah itu, Corrie meninggalkan Betawi dan berangkat ke Semarang; Ia bekerja di sebuah panti asuhan. Segala kejadian itu membuat Hanafi menyadari bahwa sebenarnya istrinya tidak bersalah. Ia menyesal dan mencoba menyusul Corrie. Namun, sia-sia. Corrie tetap pada pendiriannya.Perasaan berdosa makin menambah beban penderitaan Hanafi. Ditambah lagi, teman-temanya makin menjauhinya. Hanafi dipandangsebagai seorang suami yang kejam dan tidak bertanggung jawab. Dalamkeadaan demikian, barulah ia menyesal sejadi-jadinya. Ia juga ingat kepadaibu, istri, anaknya di Koto Anau.

PROPOSAL BAB 2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Deskripsi Teori
1. Kondisi Lingkungan Kerja
a.    Pengertian Kondisi Lingkungan Kerja
         Dalam pengertian sehari-hari kondisi lingkungan kerja adalah situasi atau tempat dimana seseorang bekerja. Kerps (1990 : 193) mengatakan bahwa kondisi lingkungan kerja adalah suasana yang terjadi dalam bekerja.

  Kondisi lingkungan kerja harus diciptakan sedemikian rupa sehingga pekerja merasa nyaman dalam melaksanakan pekerjaanya. Kondisi lingkungan kerja yang kondusif akan mendorong pekerja untuk lebih berprestasi sesuai dengan minat dan kemampuannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mill dalam Timpe (1993 : 3) bahwa kondisi lingkungan kerja yang menyenangkan menjadi kunci pendorong bagi para pegawai untuk menghasilkan kinerja yang maksimal.

Johns (1983 : 130) mengemukakan bahwa kondisi lingkungan kerja ditentukan  oleh hubungan sosial orang- orang yang ada didalam lingkungan pekerjaan, dan sistem ganjaran yang digunakan untuk memotivasi para pekerja. Pengertian hubungan sosial di sini merupakan pengertian yang luas, yang mencakup komunikasi baik vertikal maupun horizontal, kerja sama di antara para pekerja, supervisi dari atasan, dukungan dari bawahan, dan kejelasan tugas yang diemban oleh masing- masing pekerja.

Selanjutnya Marwan Asri (2006 : 73) mengatakan bahwa kondisi lingkungan adalah suatu kondisi dimana didalamnya para pegawai melaksanakan suatu aktivitas. Kondisi tersebut bisa berupa kondisi material maupun kondisi psikologis. Dalam hal ini kondisi lingkungan kerja berhubungan dengan lingkungan psikis, sehingga  keterampilan manusia harus mampu memanfaatkan setiap sarana yang ada secara  optimal.
Berdasarkan uraian diatas maka kondisi lingkungan kerja yang dapat mendukung pengembangan kinerja pegawai tidak hanya ditentukan oleh tersedianya sarana kerja fisik yang memadai tetapi dapat pula ditentukan oleh kondisi psikologis seperti keadaan hubungan sesama pegawai, penataan ruangan yang baik dan sebagainya. Oleh karena itu diharapkan setiap organisasi dapat mengusahakan agar faktor- faktor yang termasuk lingkungan kerja seperti : sarana kerja/peralatan, tata ruang, serta tata hubungan antar pegawai dalam rangka mendorong motivasi kerja pegawai yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja karyawan.

b.    Faktor-Faktor Yang Berpengaruh dalam Menciptakan Lingkungan Kerja Yang Baik
Karyawan adalah kekayaan utama bagi perusahaan, karena keikutsertaan mereka, maka aktivitas perusahan akan terjadi dimana karyawan yang  berperan aktif dalam menetapkan rencana, sistem, proses dan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi.

Dalam sistem administrasi dan manajemen menekankan bahwa untuk dapat menciptakan susana kerja  karyawan yang lebih bergairah, maka perlu menciptakan suasana lingkungan kerja yang baik. Keadaan lingkungan kerja sangatlah mempengaruhi para pegawai untuk dapat bekerja dengan baik. Manusia sebagai unsur yang memiliki perasaan senang dan tidak senang, dalam dirinya selalu mengandung unsur-unsur positif dan negatif dengan sebagai “organization man” setiap orang mengandung unsur-unsur konstruktif dan destruktif memanfaatkan secara maksimal potensi yang konstruktif.

Menyadari akan hakekat manusia yang bekerja mengandung unsur-unsur yang destruktif maka pimpinan perlu menciptakan suasana agar karyawannya menghindari sifat-sifat negatif yang membawa resiko terhadap kegagalan pencampaian tujuan. Untuk menciptakan sifat-sifat yang positif dalam diri karyawan maka kebutuhannya perlu diperhatikan, balas  jasa atas hasil kerjanya perlu dipenuhi, prestasinya perlu dihargai dan sebagainya. Jika hal tersebut dipenuhi, maka moril karyawan akan terus meningkat sehingga produktifitas kerjanya akan meningkat pula.

PROPOSAL BAB 1

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sumber daya manusia adalah salah satu unsur yang terpenting dalam suatu organisasi/perusahaan yang merupakan tempat manusia bekerja sama, berkumpul untuk mencapai tujuan tertentu. Semakin banyak individu yang terlibat maka semakin kompleks pula organisasi itu dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien

Secara umum perusahaan mempunyai tujuan memperoleh laba yang maksimum serta dapat menjamin kelangsungan hidup usahanya. Untuk itu setiap perusahaan selalu mengharapkan agar pelaksanaan tugas dan kegiatan sedapat mungkin berjalan dengan efektif dan efisien serta dapat mencapai tujuanya berdasarkan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya
.
Peranan manajemen dalam hal ini, adalah ia harus dapat mengkordinir karyawan yang ada dibawah tanggung jawabnya. Sehubungan dengan upaya mencapai tujuan dimaksud maka pimpinan harus mengupayakan untuk meningkatkan kinerja karyawanya. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menciptakan lingkungan kerja yang baik. Dengan lingkungan kerja yang baik, diharapkan karyawan dapat bekerja sebaik mungkin dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kondisi lingkungan kerja merupakan suatu kondisi atau keadaan dimana didalamnya karyawan melakukan suatu aktivitas. Dalam hal ini lingkungan kerja berhubungan dengan fenomena sarana fisik, dimana karyawan dapat memanfaatkan setiap sarana yang ada secara optimal. Kondisi lingkungan kerja akan menjadi hambatan terhadap pekerjaan apabila semua sarana yang diperlukan tidak dapat terfungsikan sebagaimana mestinya. Sebaliknya kondisi lingkungan fisik menjadi penunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan apabila dapat berfungsi dengan baik.
Menurut Marwan Asri (1986 : 73) kondisi Lingkungan kerja adalah suatu kondisi dimana didalamnya para karyawan melaksanakan suatu aktivitas. Kondisi tersebut dapat berupa material maupun kondisi psikologis, seperti keadaan sarana kerja, pengaturan ruangan, keharmonisan hubungan antar karyawan. Dalam hal ini lingkungan kerja adalah berhubungan dengan lingkungan fisik sehingga keterampilan manusia harus mampu memanfaatkan setiap sarana yang ada secara optimal.
Seorang karyawan mampu bekerja dan menunjukkan hasil karyanya yang baik terhadap penyelesaian tugas-tugasnya serta dapat menyelesaikannya berdasarkan target waktu yang diharapkan, apabila pimpinan dalam memberikan tugas maupun jabatan kepada karyawannya berdasarkan atas keahlian dan kecakapannya sehingga dapat meningkatkan kinerjanya.

Pada hakekatnya setiap karyawan bukan hanya merasa bertanggung jawab terhadap pekerjaan tetapi mempunyai perasaan memiliki seluruhnya. Untuk itu, setiap karyawan merasa bahwa mereka senantiasa belajar dan mengembangkan keterampilan baru untuk memenuhi tuntutan perubahan karena adanya hal-hal yang baru. Oleh karena itu karyawan dituntut lebih kreatif dan aktif dalam menyelesaikan tugas-tugasnya berdasarkan target waktu yang diharapkan. Sehubungan dengan hal tersebut maka pimpinan dalam memberikan tugas maupun jabatan  kepada karyawan harus di landasi dengan penilaian obyektif yang berdasarkan atas keahlian dan kecakapannya sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya.

Peningkatan kinerja karyawan antara lain tergantung pada kondisi lingkungan kerja yang saling mendukung, tidak hanya ditentukan oleh tersedianya sarana kerja fisik yang memadai, tetapi dapat pula ditentukan oleh hubungan antara karyawan, penataan ruang yang baik dan sebagainya. Tanpa adanya keharmonisan, hubungan antara sesama karyawan serta penataan ruang yang kurang baik akan menimbulkan kemalasan dalam bekerja, sehingga memungkinkan kinerja karyawan menurun.

Dari hasil pengamatan dan wawancara peneliti kepada manajer dan karyawan pada PT. PLN (Persero) Cabang Kendari bahwa kinerja yang yang dimiliki oleh karyawan belum sepenuhnya dilakukan secara efektif dan efisien hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan kerja pada perusahaan PT. PLN (Persero) Cabang Kendari belum optimal hal ini dapat dilihat dari sarana kerja yang digunakan tidak mendukung dalam
pelaksanaan kerja sehari-hari, dan kurangnya interaksi antara sesama karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
Berkaitan dengan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian berkaitan dengan “ Hubungan Kondisi Lingkungan Kerja Dengan Kinerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero) Cabang Kendari”.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: “ Apakah ada hubungan yang signifikan antara kondisi lingkungan kerja dengan kinerja karyawan pada PT. PLN (Persero) Cabang Kendari”.

C.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui  hubungan kondisi lingkungan kerja dengan kinerja karyawan pada PT. PLN (Persero) Cabang Kendari.

D.    Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah:
1.    Sebagai salah satu bahan masukan bagi pimpinan PT. PLN (persero) Cabang Kendari dalam merumuskan kebijakannya untuk meningkatkan kinerja karyawannya.
2.    Dapat dijadikan sebagai bahan pembanding maupun pelengkap bagi penelitian selanjutnya dimasa yang akan datang.