Selasa, 29 Mei 2012

ANALISIS NOVEL

Salah Asuhan” karya Abdul Muis
Hanafi adalah pemuda pribumi asal Koto Anau, Solok. Sesungguhnya,ia termasuk orang yang sangat beruntung dapat bersekolah di Betawisampai tamat HBS (Hoogere Burger School). Ibunya yang sudah janda,memang berusaha agar anaknya kelak menjadi orang pandai, melebihisanak saudaranya yang lain. Oleh karena itu, ia tidak segan-segan menitipkan    Hanafi pada keluarga Belanda walaupun untuk pembiayaannyaia harus meminta bantuan mamaknya, Sutan Batuah. Setamat HBS, Hanafikembali ke Koto Anau, dan bekerja sebagai klerek di kantor Asisten ResidenSolok. Tak lama kemudian, ia diangkat menjadi komis.Pendidikan dan pergaulan yang serba Belanda, memungkinkanHanafi berhubungan erat dengan Corrie Du Busse, gadis Indo-Prancis.Hanafi kini telah merasa bebas dari kungkungan tradisi dan adat istiadatnegerinya. Sikap, pemikiran, dan cara hidupnya, juga sudah kebarat-baratan. Ketika Corrie datang ke Solok dalam rangka mengisi liburansekolahnya, bukan main senangnya hati Hanafi. Ia dapat berjumpa kembalidengan sahabat dekatnya.Hanafi mulai merasakan tumbuhnya perasaan asmara. Sikap Corrieterhadapnya juga dianggap sebagai ’gayung bersambut kata berjawab.Maka, betapa terkejutnya Hanafi ketika membaca surat dari Corrie. Corriemengingatkan bahwa perkawinan campuran bukan hanya tidak lazim untukukurang waktu itu, tetapi juga akan mendatangkan berbagai masalah.’

Timur tinggal Timur, Barat tinggal Barat, tak akan dapat ditimbuni jurang yang membasahi kedua bahagian itu”Perasaan Corri sendiri mengatakan lain. Namun, mengingat dirinya yang Indo dan dengan sendirinya perilaku dan sikap hidupnya juga berpihak pada kebudayaan Barat serta Hanafi yang pribumi, yang tidak akan begitu sajam elepas akar budaya leluhurnya.Dalam surat Corrie selanjutnya, ia meminta agar Hanafi maumemutuskan pertalian hubungannya itu. Surat itu membuat Hanafi patah semangat. Kemudian, ia pun sakit. Ibunya berusaha menghibur anak satu-satunya itu. Tak berapa lama, Hanafi sembuh dari sakitnya. Di saat itu pulaibunya menyarankan agar Hanafi bersedia menikah dengan Rapiah, anakmamaknya, Sutan Bartuah. Ibunya menerangkan bahwa segala biaya selama ia bersekolah di Betawi, tidak lain karena berkat uluran tangan mamaknya, Sutan Bartuah. Hanafi dapat mengerti dan ia menerima Rapiah sebagai istrinya. Kehidupan rumah tangga Hanafi dan Rapiah, rupanya tak berjalanlempang. Hanafi tidak merasa bahagia, sungguhpun dari hasilperkawinannya dengan Rapiah, dikarunia seorang anak laki-laki, Sjafei. Lagipula, semua teman-temannya menjauhi dirinya. Dalam anggapan Hanafi,penyebab semua itu tak lain adalah Rapiah. Rapiah kemudian menjaditempat segala kemarahan Hanafi. Walupun diperlakukan begitu oleh Hanafi,Rapiah tetap bersabar.Suatu ketika, setelah mendamprat Rapiah, ia duduk termenung seorang diri di kebun. Ibunya menghampiri anaknya dan berusaha untuk menyadarkan kembali kelakuan anaknya yang sudah kelewatan batas itu.Namun, Hanafi justru menanggapinya dengan cara cemooh. Di saat yang sama, tiba-tiba seekor anjing gila menggigit tangan Hanafi. Dokter segera memeriksa gigitan anjing gila pada tangan Hanafi. Dokter menyarankan agar Hanafi berobat ke Betawi. Anjuran dokter itu sangat menyenangkan hatinya. Sebab, bagaimanapun, kepergiannya ke Betawi itu sekaligus memberi kesempatan kepadanya untuk bertemu kembali dengan Corrie. Suatu peristiwa yang sangat kebetulan terjadi. Dalam suatu kecelakaan yang dialami Corrie, Hanafi yang berada di Betawi, justru jadi penolong Corrie. Pertemuan itu sangat menggembirakan keduanya. Corrie yang sudah ditinggal ayahnya, mulai menyadari bahwa sebenarnya ia sangat memerlukan seorang sahabat. Pertemuan itu telah membuat Hanafi mengambil suatu keputusan. Ia bermaksud tetap tinggal di Betawi. Untuk itu, ia telah pula mengurus kepindahan pekerjaannya. Setelah itu, iamengurus surat hak sebagai bangsa Eropa. Dengan demikian, terbukalah jalan untuk segera menceraikan Rapiah, sekaligus meluruskan jalan baginya untuk mengawini Corrie.Semua rencana Hanafi berjalan lancar. Namun, kini justru Corrie yang menghadapi berbagai persoalan. Tekadnya untuk menikah dengan Hanafi mendapat antipati dari teman-teman sebangsanya. Akhirnya, dengan caradiam-diam mereka melangsungkan pernikahan.Sementara itu, Rapiah yang resmi dicerai lewat surat yang dikirim Hanafi, tetap tinggal di Koto Anau, bersama anaknya, Syafei, dan ibuHanafi.Adapun kehidupan rumah tangga Hanafi dan Corrie tidaklah seindah yang mereka bayangkan. Teman-teman mereka yang mengetahui perkawinan itu, mulai menjauhi. Di satu pihak menganggap Hanafi besarkepala dan angkuh; tidak menghargai bangsanya sediri. Di lain pihak, iamenganggap Corrie telah menjauhkan diri dari pergaulan dan kehidupanBarat. Jadi, keduanya tidak lagi mempunyai status yang jelas; tidak keBarat, tidak juga ke Timur. Inilah awal malapetaka dalam kehidupan rumahtangga mereka.Kehidupan rumah tangga mereka kini terasa bagai bara api nerakadunia. Corrie yang semula supel dan lincah, kini menjadi nyonya yangpendiam. Kemudian Hanafi, kembali menjadi suami yang kasar dan bengis.Bahkan, Hanafi selalu diliputi perasaan syak wasangka dan curiga. Lebih-lebih lagi, Corrie sering dikunjungi Tante Lien, seorang mucikari.Puncak bara api itu pun terjadi. Tanpa diselidiki terlebih dahulu,Hanafi telah menuduh istrinya berbuat serong. Tentu saja, Corrie tidak mau dituduh dan diperlakukan sekehendak hati suaminya. Maka, dengan ketetapan hati, Corrie minta diceraikan.”Sekarang kita bercerai, buatseumur hidup.....Bagiku tidak menjadi kepentingan, karena aku tidak sudi menjadi istrimu lagi dan habis perkara” Setelah itu, Corrie meninggalkan Betawi dan berangkat ke Semarang; Ia bekerja di sebuah panti asuhan. Segala kejadian itu membuat Hanafi menyadari bahwa sebenarnya istrinya tidak bersalah. Ia menyesal dan mencoba menyusul Corrie. Namun, sia-sia. Corrie tetap pada pendiriannya.Perasaan berdosa makin menambah beban penderitaan Hanafi. Ditambah lagi, teman-temanya makin menjauhinya. Hanafi dipandangsebagai seorang suami yang kejam dan tidak bertanggung jawab. Dalamkeadaan demikian, barulah ia menyesal sejadi-jadinya. Ia juga ingat kepadaibu, istri, anaknya di Koto Anau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar