Selasa, 29 Mei 2012

             Kualitatif  dan Kuantitatif

Penelitian kualitatif dan kuantitatif sering diartikan secara salah sebagai masalah ada atau tidaknya statistik, ekonometrika, atau matematika sebagai alat. Penggunaan kata kualitatif dan kuantitatif mungkin turut berperan dalam kesalahkaprahan tersebut. Kenyataannya tidak sesederhana itu. Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif berawal dari perbedaan mendasar pada paradigma maupun filosofi dasar yang melandasinya.
Perbedaan paradigma dan filosofi dasar tersebut seringkali tidak disadari oleh para peneliti yang menganut masing-masing aliran, baik kualitatif maupun kuantitatif.  Sebagai akibatnya, seringkali debat antara para peneliti kualitatif dan kuantitatif tidak menyentuh esensi tetapi lebih pada atribut di permukaan. Sebagai contoh, para penganut aliran kuantitatif sering “menuduh” penganut aliran kualitatif tidak dapat menunjukkan validitas, reliabilitas, obyektivitas, maupun generalisasi hasil penelitian (Crotty 1998; Miles & Huberman 1994). Di sisi lain, peneliti kualitatif “menyerang” peneliti kuantitatif dengan keengganan mereka untuk berinteraksi dengan obyek penelitian dan kedangkalan analisa.
Salah kaprah tidak hanya berhenti sampai di sana. Sering kali kita menjumpai kesalahkaprahan tersebut menyebabkan tercampur aduknya metode, metodologi, alat, perspektif teoritis, dan epistemologi. Tidak jarang dijumpai pemaknaan istilah ethnography, symbolic interactionism, constructivist, dan lainnya menjadi kabur. Posting ini ditulis untuk menjernihkan kesalahkaprahan tersebut dan menempatkan perspektif yang jelas akan perbedaan antara penelitian kualitatif dengan kuantitatif sehingga debat berkepanjangan yang tidak perlu tidak terjadi.
1.    Pengertian Dasar
Sebelum membahas penelitian kualitatif dan kuantitatif, terlebih dahulu kita harus mengerti beberapa istilah dasar. Setiap kali memulai suatu penelitian (mungkin dalam proses penyusunan  proposal) peneliti dihadapkan pada pertanyaan mengenai metodologi dan metode yang akan digunakan. Selanjutnya kita juga dihadapkan pada bagaimana meyakinkan (justifikasi) pilihan metodologi dan metode kita merupakan pilihan yang paling tepat. Lebih mendalam lagi, pilihan metodologi dan metode penelitian yang kita gunakan merupakan perwujudan asumsi dasar yang kita gunakan, dengan kata lain merupakan perwujudan perspektif teoritis yang kita anut.  Penelusuran lebih mendalam lagi akan menyentuh sisi epistemologis yang kita anut.
Epistemologi adalah teori mengenai pengetahuan yang terkandung dalam perspektif teoritis dan dengan sendirinya dalam metodologi (Ambert et al. 1995; Blaikie 2000). Ada beberapa epistemologi yang berbeda yaitu Objectivism, Constructionism, Subjectivism, dan beberapa variannya (Crotty 1998).
Perspektif teoritis adalah landasan filosofis yang membentuk metodologi dan dengan demikian memberikan konteks untuk proses dan dasar logika dan kriteria (Crotty 1998; Guba & Lincoln 1994).
Metodologi adalah strategi, rencana, proses, atau rancangan yang berada di balik pilihan dan penggunaan metode tertentu dan menghubungkan pilihan dan penggunaan metode untuk mencapai hasil penelitian yang diinginkan (Creswell 2003; Leedy & Ormrod 2005).
Metode adalah teknik atau prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisa data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian atau hipotesis (Leedy & Ormrod 2005; Patton 2001).
Bagian berikut ini akan membahas pengertian dasar epistemologi dan perspektif teoritis.
1.1.  Epistemologi
Epistemologi berkaitan dengan sifat suatu pengetahuan (Crotty 1998; Hamlyn 1995). Lebih jelasnya, epistemologi berkaitan dengan filosofi dasar untuk memilih pengetahuan seperti apa yang mungkin diciptakan dan bagaimana memastikan pengetahuan tersebut memadai dan sahih (Hamlyn 1995; Maynard 1994). Sebagai peneliti, epistemologi yang kita adopsi menjadi penting untuk mendeskripsikan metodologi yang kita gunakan.
Ada beberapa epistomologi, misalnya objectivism. Objectivism beranggapan bahwa makna, pengertian, dan realitas ada dan terpisah dari kesadaran manusia. Makna dan realita tetap ada  meskipun manusia tidak menyadarinya (Guba & Lincoln 1994). Manusia hanyalah menemukan adanya makna atas realita tersebut. Sebagai contoh, emas yang terkandung di dalam tanah tetaplah emas. Emas tersebut mengandung makna intrinsik sebagai emas. Ketika manusia menemukan emas tersebut dan mengenalinya sebagai emas, maka manusia hanya menemukan makna emas tersebut. Makna emas tersebut diam dan menunggu untuk ditemukan. Epistomologi objectivism ini yang kebanyakan dianut oleh peneliti kuantitatif.
Epistemologi constructionism memiliki pandangan yang berbeda.  Makna dan realita adalah hasil konstruksi pemikian manusia (makanya diberi nama constructionism) dan tidak ada makna atau realita yang menunggu untuk ditemukan manusia seperti halnya objectivism (Crotty 1998). Suatu hal yang sama akan dimaknai secara berbeda oleh orang yang berbeda. Hal ini dapat menjelaskan perbedaan budaya, cara pandang, dan perilaku manusia meski dihadapkan pada hal yang sama. Epistemologi constructionism ini yang kebanyakan dianut oleh peneliti kualitatif.
Dengan melihat perbedaan epistemologi tersebut, dapat dipahami perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Peneliti kuantitatif berusaha menemukan makna yang tersembunyi dalam fenomena yang ditelitinya. Validitas, relaibilitas, dan obyektifitas menjadi penting karena dengan demikian peneliti dapat menemukan maknya yang tersembunyi. Generalisasi hasil penelitian juga merupakan atribut  penting penelitian kuantitatif karena makna suatu hal adalah universal dan akan bias diterima siapa saja. Sebaiknya, peneliti kualitatif bergelut dengan pemaknaan suatu fenomena secara berbeda oleh orang yang berbeda. Suatu realita menjadi memiliki makna yang berbeda-beda dan dengan demikian menjadi kompleks. Peneliti kualitatif berusaha memahami dan menangkap kompleksitas tersebut.
1.2.   Perspektif Teoritis
Dalam memilih metodologi penelitian yang kita gunakan, secara sadar ataupun tidak, kita membawa asumsi dasar. Sebagai peneliti, kita harus berupaya untuk menyadari dan mendeskripsikan asumsi-asumsi tersebut. Asumsi dasar tersebut akan nampak dalam metodologi yang kita gunakan.
Perspektif teoritis berkaitan dengan cara pandang terhadap dunia dan kehidupan dalam dunia tersebut (Creswell 2003; Crotty 1998; Jacob 1998). Nama lain dari perspektif adalah paradigma penelitian (Campbell 2007). Ada beberapa perspektif teoritis yang biasa digunakan, antara lain positivism, interpretivism, critical inquiry, feminism, postmoderninsm, dan lain-lain (Crotty 1998; Saunders, Lewis & Thornhill 2007). Penelitian kuantitatif biasanya menggunakan perspektif teoritis positivism sedangkan penelitian kualitatif menggunakan interpretivism.
Positivism dipopulerkan oleh Auguste Comte. Positivism menganggap pengetahuan yang autentik adalah pengetahuan yang telah melalui pengujian dengan metodologi ilmiah. Akar positivism dapat ditelusuri mulai dari masa pencerahan (Enlightement) dengan munculnya metode ilmiah sebagai tradisi penelitian. Untuk bidang bisnis dan sistem informasi di Indonesia, paham inilah yang banyak dianut. Metode ilmiah bahkan sudah mulai diperkenalkan semenjak tingkat SMP[1]. Berbagai metodeologi penelitian kuantitatif menampakkan metode ilmiah yang kuat dalam proses penelitian, dimulai dari perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengumpulan data, pengujian hipotesis, sampai dengan kesimpulan.
Interpretivism pada dasarnya menganggap bahwa semua pengetahuan adalah masalah interpretasi, orang yang berbeda akan menginterpretasikan sesuatu secara berbeda pula. Dalam aliran interpretivism terdapat beberapa pendekatan, yaitu symbolic interactionism, phenomenology, dan hemerneutics (Crotty 1998). Interpretivism akan dibahas secara lebih mendalam pada bab 2.
Dengan melihat epistemologi dan perspektif teoritis yang berbeda antara penelitian kualitatif dan kuantitatif, maka dapat dipahami mengapa kedua pendekatan penelitian tersebut berbeda dalam banyak hal.  Pada bagian selanjutnya akan dibahas perbedaan tersebut secara lebih terinci. Pembahasan akan diteruskan dengan validitas dan reliabilitas serta diakhiri dengan pertimbangan pemilihan metodologi dan sistematika pembahasan dalam buku ini.
2.    Perbedaan Penelitian Kualitatif dan       Kuantiatif
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan epistemologi objectivism dengan perspektif teoritis positivism menggunakan metode eksperimental atau pengukuran kuantitatif untuk menguji hipotesis dengan tujuan menemukan generalisasi dan menekankan pada pengukuran dan analisa hubungan sebab akibat antara variable (Crotty 1998; Hoepfl 1997; Sekaran 2000). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mencoba memahami fenomena dalam seting dan konteks naturalnya (dunia nyata) di mana peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena yang diamati (Leedy & Ormrod 2005; Patton 2001; Saunders, Lewis & Thornhill 2007). Dengan melihat perbedaan epistemologi dan perspektif teoritis yang melandasi penelitian kuantitatif dan kualitatif, maka dalam operasionalnya akan sangat nampak berbeda. Penelitian kuantitaif karena berakar dari objectionism dan menganut perpsektif teoritis positivism maka akan menemukan kebenaran yang sejak dulu ada tersembunyi di suatu tempat. Kebenaran yang menunggu untuk ditemkan tersebut akan dapat dtemukan oleh siapapun dengan alat yang tepat. Sebaliknya, penelitian kualitatif berusaha menggali dan memahami pemaknaan akan kebenaran yang berbeda-beda oleh orang yang berbeda. Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif disarikan ke dalam tabel 1-1 (disarikan dan diadaptasi dari Avison & Myers 2005; Blaikie 2000; Crotty 1998; Glesne & Peshkin 1992; Guba & Lincoln 1994; Leedy & Ormrod 2005; Miles & Huberman 1994).


kualitatif dan kuantitatif
   1 dari 1 Kompasianer menilai menarik
1. Konsep Dasar Kualitatif
Kualitatif merupakan kajian berbagai studi dan kumpulan berbagai jenis materi empiris,seperti studi kasus, pengalaman personal, pengakuan introspektif, kisah hidup, wawancara,pengamatan. (Septiawan Santana K, 2010: 5)
Penelitian Kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motifasi, tindakan dll. Secara kolintik mendiskripsikan dengan bahasa dan kata pada konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. (Lexy J. Moleong, 2007: 8)
Menurut Sugiono (2008: 207), Penelitian Kualitatif tidak hanya akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian tetapi keseluruhan yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (actifity) yang berinteraksi secara sinergis.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep dasar penelitian kualitatif tidak harus mencerminkan permasalahan dan variabel yang deteksi, tetapi usaha untuk mengungkapkan fenomena dalam situasi sosial secara luas, mendalam dan kolistik dan dapat menemukan hipotesis teori.
2. Perbedaan Penelitian Kualitatif dengan Kuantitatif
Penelitian kuantitatif menggunakan analisis bilangan statistik, sedangkan penelitian kualitatif menggunakan analisis teks atau gambar. (Septiawan Santana K, 2010: 9 )
Dalam penelitian Kuantitatif penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan. Sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas dan berakhir dengan suatu teori (http//id.wikipedia.org/wiki/penelitian kualitatif).
Penelitian kuantitatif menjelaskan, meramahkan dan atau mengontrol fenomena melalui pengumpulan data terfokus dari data numerik, sedangkan penelitian kualitatif memahami fenomena sosial melalui gambaran kolistik dan memperbanyak pemahaman mendalam. (Lexy J Moleong 2005: 31)
Menurut pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan Penelitian Kuantitatif berawal dari kiri menuju data dan berakhir pada penolakan atau penerimaan terhadap teori yang digunakan, data yang digunakan terfokus data numerik. Sedangkan penelitian kualitatif bertolak dari data dengan memanfaatkan teori sebagai bahan penjelas dan berakhir dengan suatu teori dengan memahami fenomena sosial melalui gambaran kolistik dan memperbanyak pemahaman.
3. Fungsi Teori
Menurut Suelbecher dalam Lexy J. Moleong (2005: 57) fungsi teori, yaitu (1) mensistematiskan penemuan-penemuan penelitian (2) menjadi pendorong untuk menyusun hipotens dan dengan hipotens membimbing peneliti mencari jawaban-jawaban, (4) menyajikan penjelasan untuk menjawab pertanyaan mengapa.
Menurut Sugiono (2008;214) fungsi teori hanya sebagai bekal untuk bisa memahami konteks sosial secara lebih luas dan mendalam, teori yang dimiliki tersebut tidak digunakan untuk menyusun instrumen hanya sebagai panduan untuk wawancara dan observasi.
Dapat ditarik kesimpulan fungsi teori dalam penelitian kualitatif sebatas hanya dituntut mampu mengorganisasikan semua teori yang dibaca dan menunjukkan seberapa jauh peneliti memiliki teori dan mamahami teori dan memahami permasalahan yang diteliti walaupun permasalahan tersebut masih bersifat sementara tidak harga mati.
4. Memilih Topik
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih topik, antara lain:
a. Interesting
Topik yang ditulis menarik perhatian orang lain yaitu topik yang penting, urgen dan perlu mendapat perhatian dari semua kalangan.
b. Aktual
Memiliki topik yang aktual, up to date, kekinian dan tidak basi ditelan zaman. Sesuatu yang sedang dihadapi, dibicarakan serta sedang dicari jalan keluarnya oleh masyarakat
c. Monumental
Suatu topik yang bertahan lama, selalu diingat oleh orang atau masyarakat sepanjang massa.
d. Spektakuler
Suatu topik yang mudah menarik simpati pembaca karena bersifat menakjubkan, dahsyat, cenderung mengadopsi budaya populer.
e. Topik pada tema tertentu
Tema dalam tulisan ilmiah memiliki topik yang berbeda-beda, maka topik penelitian diarahkan pada tema tertentu sehingga pembahasan lebih mudah karena tulisan tidak melebar
5. Argumen Tentang Keilmiahan Penelitian Kualitatif
Penelitian pada dasarnya upaya untuk menemukan teori, dilakukan dengan pendekatan induktif. Data dikumpulkan, dianalisis, diabstraksikan dan akan muncul teori-teori penemuan penelitian kualitatif yang lebih tertarik pada hasil yang bermakna universal. Artinya, hasil penelitian kualitatif tidak hanya digeneralisasikan pada latar substantif yang sama, tetapi juga pada latar lainnya. Istilah ilmiah dan alamiah sekedar untuk mempertajam perbedaan antara kedua paradigma tersebut. Dari uraian tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa penelitian kualitatif itu adalah ilmiah.
A. Judul
Model Pembelajaran Guru Kelas III SD Negeri 3 Wonokromo
B. Rumusan Masalah
1. Model pembelajaran apa saja yang digunakan guru kelas III SDN 3 Wonokromo?
2. Bagaimana keefektifan model pembelajaran yang digunakan guru Kelas III SDN 3 Wonokromo?
3. Apakah kelebihan dan kekurangan model Pembelajaran guru kelas III SDN 3 Wonokromo?
4. Bagaimana tanggapan - tanggapan siswa terhadap model pembelajaran guru kelas III SDN 3 Wonokromo?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui model pembelajaran yang digunakan guru kelas III SDN 3 Wonokromo
2. Mengetahui keefektifan model pembelajaran yang digunakan guru kelas III SDN 3 Wonokromo
3. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran guru kelas III SDN 3 Wonokromo
4. Tanggapan – tanggapan siswa tentang model pembelajaran guru kelas III SDN 3 Wonokromo
D. Teori acuan
• Model pembelajaran
Model
Model dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Model merupakan cara-cara yang ditempuh oleh guru untuk menciptakan situasi yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar serta tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001: 114).
Kesimpulan dari pendapat diatas bahwa model merupakan cara-cara yang ditempuh guru dalam proses belajar mengajar agar tercapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran
Sunaryo Kartadinata dan Nyoman Dantes (1996: 44) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses aktif dan dinamis, menghendaki keterlibatan guru dan siswa, merupakan iklim yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa, sebagai proses inkuiri reflektif, dan menempatkan perkembangan sebagai tujuan.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik. (Darsono, 2002: 23).
Kesimpulan dari pendapat diatas, pembelajaran adalah proses yang dilakukan guru yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa agar berubah ke arah yang lebih baik.
Dapat ditarik kesimpulan model pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar yang bertujuan agar tercapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dan siswa agar berubah ke arah yang lebih baik.
PERBEDAAN PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITAF
Dawud
Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Berdasarkan jenis data dan cara pengolahannya, secara umum, penelitian dapat dibedakan atas penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Berikut dipaparkan perbedaan penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Tulisan ini diringkas dari Bab I buku Bogdan, Robert C. dan Biklen, Knopp S. 1998. Qualitative Research in Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Semoga bermanfaat.
Penelitian kualitatif digunakan sebagai istilah payung strategi penelitian dengan karakteristik berikut.
•    Data penelitian merupakan data lunak (soft data), yakni data yang kaya akan deskripsi orang, benda, tempat, dan percakapan atau tuturan.
•    Masalah penelitian dirumuskan dalam wujud fokus penelitian yang menggambarkan kompleksitas masalah penelitian sesuai dengan konteksnya (bukan dalam wujud variabel, pertanyaan, atau hipotesis).
•    Data dikumpulkan dari dan dalam latar alamiah, yakni latar nyata dan sebagaimana adanya.
Teknik penelitian yang populer digunakan dalam penelitian kualitatif adalah:
•    observasi partisipatif, yakni peneliti sebagai pengamat sekaligus sebagai partisipan penelitian; dan
•    wawancara mendalam, yakni peneliti menggali informasi secara utuh, menyeluruh, dan mendalam untuk memperoleh pandangan, pemikiran, dan keyakinan subjek, responden, atau informan serta untuk memperoleh sistem yang berlaku dalam pranata suatu komunitas yang diteliti.
Nama lain penelitian kualitatif adalah (1) penelitian lapangan  atau field work (dalam bidang antropologi); (2) penelitian naturalistik  atau alamiah (dalam bidang pendidikan); dan penelitian etnografi (dalam bidang antropologi).
Karakteristik penelitian kualitatif dapat dikemukakan berikut ini.
•    Penelitian kualitatif bersifat alamiah (naturalistic), yakni latar langsung sebagai sumber data dan peneliti sebagai instrumen kunci (key instrument).
•    Data penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yakni data berupa kata-kata  dan gambar yang diperoleh dari transkripsi wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, dokumen resmi, memo, dan dokumen-dokumen lainnya.
•    Di samping hasil, penelitian kualitatif menekankan proses, yakni proses yang terjadi dan berlangsung pada sumber data (subjek/informan, objek, dan responden) beserta keseluruhan konteks yang melingkupinya, di samping data yang dihasilnyannya.
•    Analisis data penelitian kualitatif cenderung secara induktif untuk memperoleh abstraksi dari keseluruhan data yang diperoleh.
•    Penelitian kualitatif menggali makna kehidupan berdasarkan perspektif partisipan, yakni berdasarkan proses subjek mengkonstruk atau menyusun makna dan berdasarkan proses mendeskrispsikan makna yang disusn subjek.
Sebagai catatan tambahan, sumber data penelitian kualitatif dapat dibedakan atas (1) subjek penelitian, yakni sumber data, misalnya orang, yang aktif sebagai penghasil data (siswa, guru, pegawai kantor pos, camat, buruh pabrik, misalnya); (2) objek penelitian, yakni sumber data, misalnya benda, yang berisi data (candi, novel, kumpulan puisi, surat pribadi, otobiografi, misalnya); dan (3) responden, yakni orang yang merespon atau menjawab kuesioner atau angket yang diberikan peneliti saat mengumpulkan data. Dalam bidang linguistik struktural, sumber data ini lazim disebut sebagai informan, yakni penutur atau pemakai bahasa sebagai sumber korpus data bahasa.
Sepuluh pertanyaan  umum tentang penelitian kualitatif dipaparkan berikut ini.
1.  Apakah temuan-temuan penelitian kualitatif dapat digeneralisasikan?
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk menggeneralisakan temuannya pada populasi karena penelitian kualitit tidak bertitik tolak dari sampel. Dalam penelitian kualitatif digunakan terma transferabilitas, yakni hasil penelitian kualitatif dapat ditransfer ke latar lain atau subyek lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan karakteristik.
2.  Bagaimanakah dengan pendapat, prasangka, dan sifat-sifat memihak (bias) lain dari peneliti dan pengaruhnya terhadap data?
Penelitian kualitatif meneliti secara objektif pernyataan subjektif para subjeknya. Tujuan penelitian kualitatif untuk memperoleh pengetahuan yang terungkap dari persepktif dalam para pelakunya, bukan menilai subjek & latarnya dengan kriteria dari luar diri pelaku. Peneliti dipandu dengan catatan lapangan dan refleksi objektif dan subjektif peneliti saat mengumpulkan data.
3.  Apakah hadirnya peneliti tidak akan mengubah perilaku orang-orang yang ditelitinya?
Penelitian dilakukan secara alamiah, tidak boleh ada intervensi atau perlakuan tertentu pada subjek dari peneliti.
4.  Apakah dua orang peneliti yang sendiri-sendiri mempelajari latar atau subjek yang sama akan menghasilkan temuan yang sama?
Reliabilitas penelitian kualitatif diukur berdasarkan (a) keakuratan dan kekomprehensifan data (b) kecocokan rekaman data dengan kenyataan yang diteliti.
5.  Apakah perbedaan penelitian kualitatif dibandingkan dengan apa yang dikerjakan oleh guru, wartawan, atau seniman?
Penelitian kualitatif bertujuan meneliti tentang sesuatu, menggunakan prosedur ilmiah;, dan menghasilkan temuan penelitian. Pada umumnya, tugas pokok guru adalah mendidik, mengajar, dan mentransfer pengetahuan dan tugas pokok wartawan adalah melaporkan perisitwa sebagaimana adanya.
6.  Dapatkah pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif digunakan secara berbarengan?
Bisa, sesuai dengan fungsi, porsi, proporsi masing-masing, misalnya, masalah pertama dengan jenis data data lunak (soft data) digunakan pendekatan kualitatif; sedangkan masalah kedua dengan jenis data keras (hard data) digunakan penelitian kuantitatif.
7.  Benar-benar ilmiahkah penelitian kualitatif itu?
Penelitian kualitatif disebut ilmiah berdasarkan kriteria bahwa penelitian kualitatif merupakan penyelidikan empiris yang ketat dan sistematis berlandaskan data (bukan didasarkan kriteria peneltian ilmiah adalah penelitian dengan pola kerjad eduktif  dan menguji hipotesis).
8.  Apakah tujuan penelitian kualitatif?
Tujuan penelitian kualitatif adalah menghasilkan atau mengkonstruk teori dasar; merumuskan konsep; menggambarkan perilaku.
9.  Manakah yang lebih baik, penelitian kualitatif atau kuantitatif?
Semuanya baik. Yang penting adalah ketepatan terapannya sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif atau kuantitatif.
10.  Apakah perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif?
CIRI-CIRI PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
KUALITATIF    KUANTITATIF
Frase yang berkaitan dengan pendekatan
Etnografis    eksperimen
Dokumentasi    data keras
penelitian lapangan    perpektif luar
data lunak    empiris
interaksi simbolis    positivis
perspektif dalam    fakta sosial
Naturalistic    statistik
Etnometodologis    metode ilmiah
Deskriptif   
pengamatan pelibatan   
Fenomenologis   
aliran Chicago   
riwayat hidup   
studi kasus   
Ekologis   
Naratif   
Interpretative   
   
Konsep penting yang berkaitan dengan pendekatan
makna    Variable
pemahaman akal sehat    Opersional
penggolongan    Reliabilitas
definisi situasi    Hipotessis
kehidupan sehari-hari    Validitas
tatanan negosiasi    signifan secara statistic
proses    Replikasi
pemahaman    Prediksi
tujuan  praktis   
konstruksi sosial   
teori dasar   
Nama yang berkaitan dengan pendekatann
Max Weber    Emile Durkheim
Charles Horton Cooley    Fred Kerlinger
Harold Garfinkel    Edward Thorndike
Margaret Mead    Robert Bales
W.I Thomas    Donald Chambell
Everelt Hughes   
Ervng Golfman   
Herbert Blumer   
Afiliasi Teoritis
interaksi simbolis    fungsionalisme structural
etnometodologi    realisme, positivism
fenomenologi    Behaviorisme
kebudayaan    empirisme logis
idealisme    teori system
Afiliasi akademis
sosiologi    Psikologis
sejarah    ilmu ekonomi
antropologi    Sosiologi
    ilmu politik
Tujuan
mengembangkan konsep    menguji teori
memerikan realitas ganda    menstabilkan fakta
teori dasar (grounded theory)    deskripsi statistic
mengembangkan pemahaman    menunjukkan hubungan antar variable
    Memprediksi

Rancangan
berkembang, lentur, umum    terstruktur, ditentukan di awal, formal, khusus
rancangan sebagai panduan proses penelitian    rencana kerja operasional
Usulan penelitian
singkat    panjang lebar
spekulatif    fokus rinci dan khusus
menunjukkan bidang yang relevan diteliti    prosedur rinci dan khusus
sering ditulis setelah ada data terkumpul    melalui tinjauan pustaka yang substantive
kajian pustaka yang substantif singkat    ditulis sebelum ada datanya
ancangan disebut secara umum    hipotesa dinyatakan
Data
deskriptif    Kuantitatif
dokumen pribadi    kode kuantitatif
catatan lapangan    bilangan, ukuran
foto    variabel operasional
kata-kata pelaku sendiri    Statistic
dokumen resmi dan artefak   
Sampel
kecil    Besar
tidak mewakili    Berstratifikasi
sampel teoritis    kelompok control
sampel bola salju    tepat, cermat
bertujuan    dipilih acak
    kendali kontrol untuk variabel luar
Taktik atau Metode
observasi    Eksperimen
observasi partisipasi    observasi terstruktur
tinjauan atas berbagai dokumen    eksperimen semu
wawancara terbuka/berkembang    wawancara terstruktur
penjelasan sumber pertama    Survey
Hubungan dengan subyek
empati    ada pembatasan
menekankan kepercayaan    jangka pendek
kesetaraan    ada jarak
subyek sebagai sahabat    subyek-peneliti
hubungan dekat    Musiman
Instrumen dan alat
tape recorder    inventori, kuesioner
alat penyalin tulisan    Computer
komputer    indeks, skala, skor tes
Analisa data
berkelanjutan    Deduktif
model, tema, konsep    dikerjakan selesai pengumpulan data
induktif    Statistic
induksi analitis   
metode komparatif   
Masalah dalam penggunaan pendekatan
prosedur tidak baku    mengendalikan variabel-variabel lain
memakan waktu    mengontorol variabel lain
sulit mereduksi data    Reifikasi
reliabilitas    Obtrusiveness
prosedur tidak baku    Validitas



Perbedaan kuantitatif dan kualitatif pada penelitian
3
Diposkan oleh Nafisatur Rosidah | di 19:52

Metode kuantitatif umumnya memiliki sifat:
1. Mengukur tingkat kejadian
2. Menghitung besaran/berapa banyak
3. Membuktikan sesuatu (apakah ada hubungan, ada pengaruh, berapa resikonya, mana faktor yang dominan)
4. Memprediksikan sesuatu variabel berdasarkan variabel lain
5. Tindakan atau eksperimen
6. Membuktikan suatu hipotesa
Pada penelitian kuantitatif banyak menggunakan hitungan, tabel, statistik dengan kaidah2 tertentu. tehnik pengumpulan data dengan quesioner
Metode kualitatif secara umum sifatnya:
1. Menggali informasi secara mendalam
2. Menjawab pertanyaan mengapa
3. Mengetahui tentang motivasi, persepsi, perilaku, sikap dan kepercayaan
4. Memungkinkan untuk mendapatkan hal2 yang tersirat
5. Mendapatkan suatu hipotesa
tehnik yang digunakan berupa wawancara mendalam, fokus group discussion dan observasi
Menggunakan metode yang mana yang dipilih tergantung dari tujuan penelitiannya. Idealnya dipadukan antara kualitatif dan kuantitatif sehingga dapat saling melengkapi
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook


Penelitian kualitatif
Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam.
Peserta diminta untuk menjawab pertanyaan umum, dan interviewer atau moderator group periset menjelajah dengan tanggapan mereka untuk mengidentifikasi dan menentukan persepsi, pendapat dan perasaan tentang gagasan atau topik yang dibahas dan untuk menentukan derajat kesepakatan yang ada dalam grup. Kualitas hasil temuan dari penelitian kualitatif secara langsung tergantung pada kemampuan, pengalaman dan kepekaan dari interviewer atau moderator group.
Jenis penelitian yang sering kurang dilakukan dari survei karena mahal dan sangat efektif dalam memperoleh informasi tentang kebutuhan komunikasi dan tanggapan dan pandangan tentang komunikasi tertentu. Dalam hal ini sering metode pilihan dalam kasus di mana pengukuran atau survei kuantitatif tidak diperlukan.





















RANGKUMAN TEKNIK SAMPLING PADA DATA KUANTITATIF DAN CARA MENENTUKAN UKURAN SAMPEL
Pada penelitian kuantitatif Populasi dan sampel merupakan sumber utama untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam mengungkapkan fenomena atau realitas yang dijadikan fokus penelitian kita. Oleh karena itu, sebelum pada bahasan teknik sampling pada data kuantitaf dan bagaimana cara menentukan ukuran sampel, maka kita harus tahu terlebih dahulu mengenai:
•Populasi adalah seperangkat unit analisa lengkap yang sedang diteliti.
•Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk dipelajari.
•Sampling adalah cara-cara atau teknik penarikan sampel dari populasi.
Teknik Sampling pada data kuantitatif
1. Probability Sampling (Menggunakan Prinsip Random)
a. Cluster Random Sampling
Teknik ini digunakan apabila ukuran populasinya tidak diketahui dengan pasti, sehingga tidak memungkinkan untuk dibuatkan kerangka samplingnya, dan keberadaannya tersebar secara geografis atau terhimpun dalam klaster-klaster yang berbeda-beda.
•Apabila klaster itu bersifat wilayah geografis yang kecil, maka pengambilan sampelnya dapat dilakukan satu tahap (simple cluster sampling).
•Akan tetapi jika klasternya besar atau wilayah geografisnya besar, maka pengambilan sampel tidak cukup hanya satu tahap, melainkan harus beberapa tahap. Dalam keadaan yang demikian gunakanlah teknik sampling klaster banyak tahap (multistage cluster sampling).
Keuntungan menggunakan teknik ini ialah jika kluster-kluster didasarkan pada perbedaan geografis maka biaya penelitiannya menjadi lebih murah. Karakteristik kluster dan populasi dapat diestimasi.
Kelemahannya ialah membutuhkan kemampuan untuk membedakan masing-masing anggota populasi secara unik terhadap kluster, yang akan menyebabkan kemungkinan adanya duplikasi atau penghilangan individu-individu tertentu.
b. Stratified Random Sampling
Teknik sampling ini digunakan apabila populasinya tidak homogen (heterogen). Makin heterogen suatu populasi, makin besar pula perbedaan sifat-sifat antara lapisan  tersebut. Untuk dapat menggambarkan secara tepat tentang sifat-sifat populasi yang heterogen, maka populasi yang bersangkutan harus dibagi-bagi kedalam lapisan-lapisan (strata) yang seragam atau homogen, dan dari setiap strata dapat diambil sampel secara random (acak).
Untuk dapat menggunakan teknik sampling random strata, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain (Singarimbun dan Effendi, 1989:162-163):
1. Harus ada kriteria yang jelas yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk menstratifikasi populasi ke dalam lapisan-lapisan.
2. Harus ada data pendahuluan dari populasi mengenai kriteria yang dipergunakan untuk menstratifikasi. Jumlah satuan elementer dari setiap strata (ukuran setiap subpopulasi) harus diketahui dengan pasti. Hal ini diperlukan agar peneliti dapat membuat kerangka sampling untuk setiap subpopulasi atau strata yang akan dijadikan sumber dalam menentukan sampel atau responden.
Sampel strata terdiri dari dua macam, yaitu
•Sampel strata proporsional
Teknik sampling random strata proporsional digunakan apabila proporsi ukuran subpopulasi atau jumlah satuan elementer dalam setiap strata relatif seimbang atau relatif sama besar. Dalam sampel strata proporsional, dari setiap strata diambil sampel yang sebanding dengan besar setiap strata dengan berpatokan pada pecahan sampling (sampling fraction) yang sama  yang digunakan. Pecahan sampling adalah angka yang menunjukkan persentase ukuran sampel yang akan diambil dari ukuran populasi tertentu.
Cara pengambilan sample dilakukan dengan menyeleksi setiap unit sampling yang sesuai dengan ukuran unit sampling. Keuntungannya ialah aspek representatifnya lebih meyakinkan sesuai dengan sifat-sifat ynag membentuk dasar unit-unit yang mengklasifikasinya, sehingga mengurangi keanekaragamannya. Karakteristik-karakeristik masing-masing strata dapat diestimasikan sehingga dapat dibuat perbandingan.
Kerugiannya ialah membutuhka informasi yang akurat pada proporsi populasi untuk masing-masing strata. Jika hal tersebut diabaikan maka kesalahan akan muncul.
•Sampel strata disproporsional
Pada Sampel Strata Disproporsional, ukuran sampel yang diambil dari setiap subpopulasi (strata) sama besarnya, yang berbeda adalah pecahan samplingnya.
Strategi pengambilan sample sama dengan proporsional. Perbedaanya ialah terletak pada ukuran sample yang tidak proporsional terhadap ukuran unit sampling karena untuk kepentingan pertimbangan analisa dan kesesuaian.
c. Simple Random Sampling
Sampel acak sederhana adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Peluang yang dimiliki oleh setiap unit penelitian untuk dipilih sebagai sampel sebesar n/N, yakni ukuran sampel yang dikehendaki dibagi dengan ukuran populasi. Dalam menggunakan Teknik Sampling Random Sederhana ini ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain (Singarimbun dan Effendy, 1989):
1.  Harus tersedia kerangka sampling atau memungkinkan untuk dibuatkan kerangka samplingnya (dalam kerangka sampling tidak boleh ada unsur sampel yang dihitung dua kali atau lebih).
2.  Sifat populasinya harus homogen, jika tidak, kemungkinan akan terjadi bias.
3. Ukuran populasinya tidak tak terbatas, artinya harus pasti berapa ukuran populasinya.
4.   Keadaan populasinya tidak terlalu tersebar secara geografis.
Teknis pelaksanaannya ada dua cara, yakni:
1. Dengan mengundi unsur-unsur penelitian atau satuan-satuan elementer dalam populasi.
2. Dengan menggunakan Tabel Angka Random.
d. Teknik Sampling Random Sistematik (Systematic Random Sampling)
Apabila ukuran populasinya sangat besar, hingga tidak memungkinkan dilakukan pemilihan sampel dengan cara pengundian, maka teknik sampling random sederhana tidaklah tepat untuk digunakan. Dalam keadaan populasi yang demikian, gunakanlah teknik sampling random sistematik. Persyaratan yang harus dipenuhi agar teknik sampling ini dapat digunakan, sama dengan persyaratan untuk sampel random sederhana, yakni tersedianya kerangka sampling (ukuran populasinya diketahui dengan pasti), dan populasinya mempunyai pola beraturan yang memungkinkan untuk diberikan nomor urut serta bersifat homogen.
Cara penggunaan teknik sampling random sistematik ini mirip dengan cara sampling random sederhana. Bedanya, pada teknik sampling sistematik perandoman atau pengundian hanya dilakukan satu kali, yakni ketika menentukan unsur pertama dari sampling yang akan diambil. Penentuan unsur sampling selanjutnya ditempuh dengan cara memanfaatkan interval sampel. Interval sampel adalah angka yang menunjukkan jarak antara nomor-nomor urut yang terdapat dalam kerangka sampling yang akan dijadikan patokan dalam menentukan atau memilih unsur-unsur sampling kedua dan seterusnya hingga unsur ke-n. Interval sampel biasanya dilambangkan dengan huruf k.
Interval sampel atau juga disebut sampling rasio diperoleh dengan cara membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang dikehendaki (N/n). Misalnya, dari populasi (N) berukuran 500 kita akan mengambil sampel (n) berkuran 50, maka interval samplingnya adalah 500/50=10 atau k =10. Andaikan yang terpilih sebagai unsur sampling pertama adalah satuan elementer yang bernomor s, maka penentuan unsur-unsur sampel berikutnya adalah:
Unsur pertama            = s
Unsur kedua                = s + k
Unsur ketiga                = s + 2k
Unsur keempat           = s + 3k, dan seterusnya hingga unsur ke-n.
2. Non Probability Sampling(Tidak Menggunakan Prinsip Random)
Dalam menentukan sampel dengan menggunakan taknik sampling nonrandom, tidak menggunakan prinsip kerandoman (prinsip teori peluang). Dasar penentuannya adalah pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti atau dari penelitian. Sebagai konsekuensinya, teknik sampling nonrandom ini tidak dapat digunakan apabila penelitian kita dirancang sebagai sebuah penelitian eksplanatif yang akan menguji hipotesis tertentu, misalnya penelitian korelasional, karena rumus uji statistik inferensial tidak dapat diterapkan untuk data yang berasal dari sampel nonrandom. Teknik sampling ini secara luas sering digunakan untuk penelitian-penelitian eksploratif atau penelitian deskriptif.
Ada beberapa jenis sampel nonrandom yang sering digunakan dalam penelitian sosial/penelitian komunikasi, di antaranya adalah:
1.  Sampel Aksidental (accidental sampling). Sampel ini sering disebut sebagai sampel kebetulan yang pengambilannya didasarkan pada pertimbangan kemudahan bagi peneliti (bukan penelitian), sehingga sampel ini sering kali disebut convenience sampling atau sampel keenakan. Orang-orang ilmu statistika bahkan menyebutnya sebagai sampel kecelakaan, karena saking tidak representatifnya sampel tersebut. Sebisa mungkin, hindari untuk menggunakan sampel ini, jika kesimpulan penelitian kita ingin memperoleh kemampuan generalisasi yang tepat.
2.  Sampel Kuota (quota sampling). Teknik sampling kuota merupakan teknik sampling yang sejenis dengan teknik sampling strata. Perbedaannya adalah ketika mengambil sampel dari setiap strata tidak menggunakan cara-cara random, tetapi menggunakan cara-cara kemudahan (convenience). Caranya, tentukan ukuran sampel dari masing-masing strata lalu teliti siapa sejumlah orang yang sesuai dengan ukuran sampel yang ditentukan tadi, siapa saja asal berasal dari strata tersebut.
3. Sampel Purposif (purposeful sampling). Teknik ini disebut juga judgemental sampling atau sampel pertimbangan bertujuan. Dasar penetuan sampelnya adalah tujuan penelitian. Sampel ini digunakan jika dalam upaya memperoleh data tentang fenomena atau masalah yang diteliti memerlukan sumber data yang memilki kualifikasi spesifik atau kriteria khusus berdasarkan penilaian tertentu, tingkat signifikansi tertentu.
4. Sampel Bola Salju (Snowball)
Memilih unit-unit yang mempunyai karakterisitik langka dan unit-unit tambahan yang ditunjukkan oleh responden sebelumnya. Keuntungannya ialah hanya digunakan dalam situasi-situasi tertentu. Kelemahannya ialah keterwakilan dari karakteristik langka dapat tidak terlihat di sample yang sudah dipilih.
Cara Menentukan Ukuran Sampel
Ukuran sampel atau besarnya sampel yang diambil dari populasi, merupakan salah satu faktor penentu tingkat kerepresentatifan sampel yang digunakan. Pertanyaannya, berapa besar sampel harus diambil dari populasi agar memenuhi syarat kerepresentatifan?
Menurut I Gusti Bagoes Mantra dan Kasto dalam buku yang ditulis oleh Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai (1989), menyatakan bahwa sebelum kita menentukan berapa besar ukuran sampel yang harus diambil dari populasi tertentu, ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan yaitu:
1. Derajat Keseragaman Populasi (degree of homogenity). Jika tinggi tingkat homogenitas populasinya tinggi atau bahkan sempurna, maka ukuran sampel yang diambil boleh kecil, sebaliknya jika tingkat homogenitas populasinya rendah (tingkat heterogenitasnya tinggi) maka ukuran sampel yang diambil harus besar. Untuk menentukan tingkat homogenitas populasi sebaiknya dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji statistik tertentu.
2. Tingkat Presisi (level of precisions) yang digunakan. Tingkat presisi, terutama digunakan dalam penelitian eksplanatif, misalnya penelitian korelasional, yakni suatu pernyataan peneliti tentang tingkat keakuratan hasil penelitian yang diinginkannya. Tingkat presisi biasanya dinyatakan dengan taraf signifikansi (α) yang dalam penelitian sosial biasa berkisar 0,05 (5%) atau 0,01 (1%), sehingga keakuratan hasil penelitiannya (selang kepercayaannya) 1–α  yakni bisa 95% atau 99%. Jika kita menggunakan taraf signifikansi 0,01 maka ukuran sampel yang diambil harus lebih besar daripada ukuran sampel jika kita menggunakan taraf signifikansi 0,05.
3. Rancangan Analisis. Rancangan analisis yang dimaksud adalah sesuatu yang berkaitan dengan pengolahan data, penyajian data, pengupasan data, dan penafsiran data yang akan ditempuh dalam penelitian.
4. Alasan-alasan tertentu yang berkaitan dengan keterbatasan-keterbatasn yang ada pada peneliti, misalnya keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan lain-lain.
Selain mempertimbangkan faktor-faktor di atas, beberapa buku metode penelitian menyarankan digunakannya rumus tertentu untuk menentukan berapa besar sampel yang harus diambil dari populasi. Jika ukuran populasinya diketahui dengan pasti, Rumus Slovin di bawah ini dapat digunakan.
Rumus Slovin:
N
n =    ———
1  + Ne²
Keterangan;
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e =kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang ditololerir, misalnya 5%.
Batas kesalahan yang ditolelir ini untuk setiap populasi tidak sama, ada yang 1%, 2%, 3%, 4%,5%, atau 10%.
Jika ukuran populasinya besar yang didapat dari pendugaan proporsi populasi, maka Rumus Yamane yang harus digunakan.
N
n =    ———–
Nd² + 1
d = batas toleransi kesalahan pengambilan sampel yang digunakan.
Misalnya, kita ingin menduga proporsi pembaca koran dari populasi 4.000 orang. Presisi ditetapkan di antara 5% dengan tingkat kepercayaan 95%, maka besarnya sampel adalah:
4000
n =       ————————-     = 364
4000 x (0,05)² + 1


Tidak ada komentar:

Posting Komentar